Judul Buku : The Power Of Berpikir Positif
Penulis : Nufi Wibisana
Review : Wacasik
Didalam buku ini membahas tentang kisah2 orang yang selalu berpikir positif salah satunya ketika dalam perantauan dan rindu keluarga, kau yang menutup hatimu untuk ibumu sendiri, jawabku tegas. Untuk pertama kalinya aku melihat kau rapuh tertunduk lesu dalam bisunya luka.
Aku memberanikan diri menepuk punggungmu, dan seketika itu kau sadarkan kepalamu di pundakku. Aku tidak punya kata-kata lain selain diam dan membiarkanmu melepaskan segala yang kau pendam sendirian.
Mungkin begini adalah cara terbaik bagimu untuk membagi masalahmu denganku, aku pikir begitu. sama seperti tahun-tahun sebelumnya kau tidak pernah meemui ibumu bahkan dihari ibu sekalipun lebaran pun tidak.
Katamu ibumu tak memerlukan ucapan selamat hari ibu, selamat ebaran atau selamat2 yang lainnya. Lanjutmu, ibumu juga tidak mementingkan kepulanganmu. Lanjutmu, ibumu juga tidak mementingkan kepulanganmu. Aku tak pernah paham kesalahan apa yang ibumu perbuat sampai kau menutup rapat hatimu untuknya.
Singkat cerita "apa kesalahan ibumu sampai kau menutup hatimu?" pertanyaanku tak pernah kau jawab hingga detik ini, kau ada dan menyenderkan kepala di pundakku.
Tak ada yang bisa aku perbuat, mendesakmu pun tidak ada gunanya, aku selalu percaya bahwa sebenarnya kau sangat rindu ibumu, begitupun sebaliknya.
Semoga waktu bisa mendamaikan luka, luka yang aku tidak tahu siapa yang memulai, kau atau ibumu. Semoga saja. Dan kisah berikutnya, keterasingan didalam buku ini dikisahkan ada seorang dari cirebon setelah satu tahun lebih tinggal di Jogja.
Dia mulai bisa menyesuaikan diri dengan bahasanya, budayanya. Yang dulunya seperti terasingkan singkat kisah dia bukan saja terbebas dari perasaan merasa terasingkan, tetapi lebih dari perasaan merasa terasingkan, tetapi lebih dari itu, dia memiliki teman2 yang beragam, menemukan definisi baru soal rumah.
Sejak itu dia berkeinginan untuk memiliki banyak definisi rumah tidak ingin menyempitkan hanya pada tempat dimana dia dilahirkan dan keluarga dia tinggal.
Dia ingin rumah adalah kenyaanan itu sendiri yang kapanpun dan dimanapun sanggup dia hadirkan sendiri tanpa muluk2. Keinginan seperti itu bukan untuk menghadiri rindu, dia tidak senaif itu. Lebih pada melatih diri untuk tidak mudah asing dalam perantauan.
Bisa diambil kesimpulan dalam dua kisah di atas itu bahwa selalu ada hikmah dalam setiap masalah yang kita hadapi jadi selalu berpikir positif dan lakukan lah yang terbaik terima kasih.